Jumat, 31 Agustus 2018 09:05 WIB
Warga Eks Transmigrasi Lebih Kuat Lestarikan Seni dan Budaya Tradisional
Bagus Santoso bersama warga eks transmigrasi SKPA Desa Rambah Utama Rohul menikmati pagelaran seni Tayub dan Ludruk.
PASIR PENGARAIAN- Warga eks Transmigrasi dalam
melestarikan seni dan budaya ternyata lebih peduli dan kuat jika
dibandingkan dengan tempat asalnya di tanah jawa. Hal itu dapat dilihat
dari banyak dan semaraknya paguyuban seni Ludruk, Tayub, Kuda Lumping,
Reyog, Wayang Kukit dan Jaipongan yang masih tetap eksis hampir merata
di setiap desa eks transmigrasi yang tersebar di daerah kabupaten se
Provinsi Riau. Hal tersebut dikemukakan oleh Bagus Santoso
Wakil Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia ( Pepadi ) Riau Bagus
Santoso saat menghadiri undangan warga dalam acara Gebyar Seni Tayub dan
Ludruk di SKPA desa Rambah Utama, Kecamatan Rambah Samo Kabupaten
Rokan Hulu. Patut dipuji dan di apresiasi, warga Transmigrasi
lebih peduli dan kuat melestarikan seni budaya. Di kampung tempat asal
Jawa pentas ludruk dan Tayub boleh dikatakan sangat jarang dan sepi, wah
di sini sangat semarak dan luar biasa,'' kata Bagus Santoso.
Diakui seni budaya merupakan sarana yang efektif saling melebur dan
menyatukan perbedaan. Seni bisa menghibur dan melahirkan kebersamaan
untuk mewujudkan Desa yang penuh kedamaian. Berbeda beda suku dan agama
serat asal muasalnya tapi tetap satu kompak, guyub rukun memajukan
desa.
Di desa- desa eks transmigrasi , lanjut Bagus Santoso yang juga masih
menjabat anggota DPRD Provinsi Riau, hampir 95 persen keturunan Jawa.
Tapi jika membicarakan kemajuan desa Siapapun di sini adalah orang Riau,
yang berbeda hanya keturunannya. "Tapi semangat, rasa kebersamaan, dan
rasa persatuan membangun desa adalah kewajiban bersama , dimana bumi di
pijak disitu langit dijunjung," tuturnya. Diharapkan dengan terus
melesatarikan seni dan budaya selain untuk hiburan dan tuntunan juga
akan mendorong pada bergairahnya pertumbuhan ekonomi dan potensi desa.
Sebab, dengan modal kebersamaan akan merangsang warga desa untuk maju,
kreatif dan damai seiring dengan pembangunan yang berkembang.
Turut hadir pada pagelaran tersebut antara lain kepala- kepala desa,
tokoh masyarakat angkatan pertama transmigrasi tahun 1980-1990 Pakde
Mujiyono, Daryanto, Handoyo, Sutarno, Siswanto, Mbah Jumadi, Sungkono,
ketua Seni Tayub Heri Santoso, dan pegiat seni serta ratusan warga eks
transmigrasi. (rls)
https://www.goriau.com/berita/rokan-hulu/warga-eks-transmigrasi-lebih-kuat-lestarikan-seni-dan-budaya-tradisional.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar