Selasa, 16 Oktober 2018 22:19 WIB
Cari Ikan Dapat Senjata Api, Dua Nelayan Riau Dapat Penghargaan
Senjata M16 (int)
DUMAI -
Dua nelayan yang sedang menjaring ikan di sekitar perairan Tanjung
Bangsi, Kabupaten Labuhan Batu dengan koordinat 2°44’19″N 100°13’40″E,
dikejutkan dengan hasil tangkapannya berupa sepucuk senjata api. Senjata
api laras panjang itu diketahui jenis M16 tanpa peluru. Senjata itu
bernomor 0000575.Temuan nelayan Panipahan tersebut kemudian
diserahkan ke TNI Angkatan Laut di Pos Angkatan Laut (Posal) Panipahan,
Kabupaten Rokan Hilir, Riau. Danposal Panipahan berkoordinasi dengan
Danposramil Panipahan diteruskan ke Kodim Rohil, Koramil Kubu dan
Posramil Panipahan.Setelah berkoordinasi, kesatuan TNI di Rohil
merasa tidak pernah kehilangan senjata laras panjang jenis M16 seperti
yang ditemukan. Demikian juga hasil koordinasi dengan pihak Polsek
Panipahan bahwa senjata laras panjang jenis M16 bukan senjata organik
PolriSenjata
M16 temuan tersebut akhirnya dibawa ke Mako TNI Pangkalan Angkatan Laut
(Lanal) Dumai untuk dilakukan pengecekan dan pemeriksaan. Hasilnya
dinyatakan bahwa senjata tersebut bukan milik TNI AL. Komandan
Lanal Dumai Kolonel Laut (E) Yose Aldino setelah mendapat laporan dari
Danposal Panipahan memerintahkan untuk membawa dua orang nelayan yang
telah menemukan senjata tersebut ke Mako Lanal Dumai. Atas perintah
Panglima Koarmada 1, dan kedua nelayan tersebut diberikan penghargaan.‘’Penghargaan
yang diberikan kepada dua orang nelayan Panipahan bernama Afrizal dan
Misdi dilaksanakan bersamaan acara ramah tamah kenaikan pangkat Prajurit
Lanal Dumai di gedung Wijaya Kusuma Mako Lanal Dumai,’’ ujar Yose,
Selasa (16/10/2018).Yose menyampaikan ucapan terimakasih kepada
Afrizal dan Misdi, karena penemuan itu langsung diserahkan ke Angkatan
Laut. Dia merasa senang karena masyarakat memiliki kepercayaan terhadap
TNI AL. Yose khawatir senjata itu bakal disalahgunakan orang jika jatuh
ke tangan yang salah.‘’Ini merupakan salah satu indikator masih
tingginya kepercayaan masyarakat terhadap TNI AL. Coba dibayangkan
apabila senjata tersebut jatuh ketangan orang yang salah, kemungkinan
besar senjata tersebut bisa disalahgunakan,” kata Yose.Yose
menyebutkan, pihaknya akan selalu senantiasa meningkatkan hubungan
komunikasi yang baik dengan masyarakat, khususnya yang terkait di bidang
keamanan laut dan kesejahteraan masyarakat pesisir Provinsi Riau.M16
masuk ke dalam TNI pada sekitar tahun 1970-an ketika kerjasama militer
dan politik antara Indonesia dengan Amerika Serikat sedang romantis.
Ketika itu, terjadi penggantian besar-besaran senjata personal terutama
di angkatan darat. Ada 100 batalion yang mendapatkan senjata M16 sebagai
pengganti senjata buatan Soviet seperti Ak47.Saat ini M16 masih
digunakan oleh TNI baik dalam latihan maupun sebagai senjata bagi
pasukan teritorial seperti di Kodim dan Koramil. Diketahui, M16 dikenali
sebagai senapan dengan kaliber 5,56 mm. Senjata laras panjang itu
adalah sebutan militer Amerika Serikat untuk senapan AR-15.Senapan
M16 menembak menggunakan Magazen 5.56x45mm dan dapat menghasilkan efek
melukai besar ketika dampak peluru pada kecepatan tinggi dan patek dalam
jaringan menyebabkan fragmentasi dan cepat mentransfer energi. Senapan
M16 mulai digunakan Angkatan Darat Amerika Serikat dan telah dikerahkan
untuk operasi perang hutan di Vietnam Selatan pada tahun 1963. Senjata
itu menjadi senapan standar AS dari Perang Vietnam pada tahun 1969,
menggantikan senapan M14 dalam perang tersebut. Tentara AS masih
mempergunakan senapan M14 di Conus, Eropa, dan Korea Selatan hingga
tahun 1970.Sejak perang Vietnam, keluarga senapan M16 telah
menjadi senapan utama infanteri militer AS. Dengan variannya M16A1,
M16A2, M16A3, dan M16A4, dan telah digunakan oleh hampir seratus negara.
Untuk produksi di seluruh dunia, jumlah senjata M16-gaya sejak awal
desain sebanyak sekitar 8 juta pucuk, sehingga senjata api yang paling
banyak diproduksi dalam kalibernya. ***
https://www.goriau.com/berita/riau/cari-ikan-dapat-senjata-api-dua-nelayan-riau-dapat-penghargaan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar