Bukti Sejarah di Lubuk Bendahara Yang Tetap Terjaga
ROKAN HULU-Di kabupaten Rokan Hulu (Rohul), selain memiliki potensi
kekayaan yang dapat dijadikan destinasi pariwisata, ternyata juga
memiliki sejumlah situs cagar budaya, seperti Makam Raja raja Rambah di
Desa Rambah kecamatan Rambah Hilir, Benteng 7 Lapis di Dalu-dalu
Kecamatan Tambusai, serta Situs Makam Bintang Tengku Joman di Desa Lubuk
Bendahara, Kecamatan Rokan IV Koto.
Makam Bintang Tengku Joman, salah satu bukti sejarah yang masih ada
dan tetap terjaga. Keberadaanya dilindungi oleh Balai Pelestarian
Peninggalan Purbakala Batu Sangkar, Wilayah Kerja Provisi Sumatera Barat
(Sumbar), Riau dan Kepulauan Riau (Kepri),
Diakui Kepala Desa Lubuk Bendahara, Yusro Fadli, Kamis (1/3/2018),
makam Tengku Joman atau dikenal makam bintang atau makam tinggi, berada
di kawasan pemakaman umat muslim persis berada di depan masjid raya Al
Hihad Dusun Kampung Tengah, Desa Lubuk Bendahara, Kecamatan Rokan IV
Koto.
“Makam Tengku Joman, merupakan bukti sejarah tahun 1800 an silam.
Dari sejarah yang ada, dimana Tengku Joman merupakan salah seorang
pembesar Kerajaan Rokan, juga s seorang tokoh pemuka masyarakat yang
sangat disegani dan dihormati khususnya di Rokan IV Koto,” kata Fadli.
Bahkan, masyarakat setempat mempercayai bahwa bentuk susunan jirat
makam yang sepintas kilas meyerupai bentuk bintang, dimana masing-masing
sudutnya mengandung arti filosofi yang melambangkan lima Suku yang
mendiami di Desa Lubuk Bendahara.
Dimana kelima suku tersebut, Suku Mandahiling, Melayu Chaniago,
Piliang, dan Patapang. Pada puncak jirat terdapat sebuah nisan berbentuk
“pattaka” yang di letakkan di tengah-tengah bangunan makam.
“Sesuai indormasi dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, bahwa situs Makam
Tengku Joman berada di lingkungan pemakaman umum serta perkebunan sawit
masyarakat. Terletak di Desa Lubuk Bendahara, Kecamatan IV Koto Rokan,
Kabupaten Rohul, berada di dalam pagar besi dengan ukuran 17,95 meter x
16,65 meter,”.
“Bangunan makam Tengku Joman, dikelilingi parit yang lebarnya 2
meter, dimana panjang rata-ratanya 14 meter dan tinggi 55 centi meter.
Dalam pagar makam, tidak hanya makam Tengku Joman, namun juga setidaknya
ada 6 makam lainnya yakni satu di bagian utara, dua di bagian selatan,
dua bagian barat dan satu di bagian timur makam,” ungkap Fadli.
Selain itu, jirat makam termasuk unik, dan terdiri dari 3 tingkat
dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Jirat terbuat dari susuna batu
kali yang masih intact, di jirat pertama/dasar berbentuk segiempat
panjang jiratnya 5 meter, jirat yang kedua berbentuk belah ketupat
dengan ukuran panjang 3,25 meter, lebar 3,20 meter dan tinggi 0,28
meter.
Sedangkan jirat ketiga berada paling atas dengan bentuk segiempat
mempunyai panjang 1,92 meter, lebar 19,2 meter dan tinggi 0,23 meter.
Nisan makam terbuat dari batu granit warna abu-abu kehitaman. Nisan
kepala dan nisan kaki memiliki ukuran yang hampir sama. Nisan berukuran
tinggi 25 centi meter, diameter 10 centi meter.
Diungkapkan Hajrul Aswad dan Lukman hakim yang merupakan pemuda
tempatan, bahwa awal sejarah adanya Desa Lubuk Bendara, saat itu masuh
kampung yang dihuni warga dari kampung Dalam. Dimana kampung itu,
merupakan warga Bungo Tanjung yang ada di seberang sungai Rokan dan kini
Desa Lubuk Bendahara Timur, Kecamatan Rokan IV Koto.
Saat itu, anak Datuk Bendahara hilang di Sungai Rokan. Saat itu
dibawa ibunya yang tengah mencuci kain. Dari sejarah dan kepercayaan,
anak Datuk Bendahara dibawa Ula Bidai.
“Ketika itu, Datuk Bendahara bermimpi. Dikatakan dalam mimpi, agar
anaknya diganti taka (guci) omeh (emas), dengan syarat taburkan darah
kobou (kerbau) putih. Setelah itu, Datuk Benmdarmenaburkan darah kerbau,
namun diganti minyak kayu ubah. Tepat jam 11 siang. keluarlah Taka
omeh, kemudian diikat dengan tali ijok dengan syarat tidak boleh
dibicarakan ke orang,”
“Saat itu, Datuk bendahara bercerita ke orang-orang, sehingga
marahlah Ula Bidai dan disepklah Taka Omeh yang digantung tali ijok di
bawah rumah panggung, sehingga akhirnya Datuk Bendara pindah ke seberang
dan menjadi Kampung serta jadi nama Desa Lubuk Bendahara,” terang
Hajrul Aswad dan Lukman hakim.
Kades Lubuk Bendahara mengakui, bahwa sejarah- sejarah serta beberapa
objek wisata lainnya masih ada, namun sejauh ini belum tertata dan
tergarap. Namun dirinya menyatakan, secara bertahap akan memaksimalkan
situs cagar budaya yang ada termasuk kekayaan alam di desanya kedepannya
bisa dikelola sebagai objek wisata.
“Karena, untuk mengarap objek wisata butuh dana yang besar. Kita akan
bertahap programkan itu, karena dampak pengembangan sektor wisata akan
meningkatkan PAD desa dan ekonomi masyarakat tempatan,” terang Fadly.(MC
Riau/sal)
http://mediacenter.riau.go.id/read/38586/bukti-sejarah-di-lubuk-bendahara-yang-tetap-t.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar